REPUBLIKA.CO.ID,PALEMBANG - Semboyan 'otak, otot dan nasib' menjadi pegangan para atlet panjat (climbing) untuk memberikan prestasi terbaik di ajang SEA Games XXVI. Dua atlet nasional akhirnya bisa merebut medali di nomor speed track putra dan putri.
Di venue climbing Jakabaring Sport City, Palembang, Senin (14/11), dua atlet putri Indonesia berhasil menguasai babak final. Fitriyani dan Santi Welyanti mampu masuk babak penentuan setelah berhasil mengalahkan saingan mereka dari Singapura dan Malaysia. Di all Indonesian final itu, Fitriyani akhirnya yang melangkah sebagai juara.
“Perbedaannya tipis. Saya senang bisa mendapat emas,” ujarnya seusai pertandingan.
Tampil di babak final, Fitrayani maupun Santi sama-sama menampilkan performa yang sama baiknya. Dalam pertandingan yang berlangsung singkat itu, Fitriyani berhasil memanjat dengan catatan waktu 9,36 detik. Atlet berusia 23 tahun itu dapat mengungguli koleganya dengan selisih hanya 0,03 detik.
“Kita sama-sama cepat,” ujar atlet yang mengenakan kerudung itu. Bagi Fitriyani, SEA Games ke-26 itu merupakan pengalaman yang pertama baginya.
Tak hanya nomor putri, atlet putra pun turut menyumbangkan medali emas. Abduzar Yulianto bisa menjadi yang tercepat di babak final dengan catatan waktu 8,65 detik. Atlet asal Gresik ini mengalahkan lawannya Thanh Nhien Phan dari Vietnam.
Berusaha mendahului sejak start, Phan justru tersendat dan hanya bisa meraih catatan waktu 11,37 detik. “Terimakasih tuhan, ini rezeki bagi saya,” ujarnya seusai pertandingan.
Abduzar sempat tegang ketika melihat rekannya, Gunawan Santosa, gagal mencapai puncak di babak perempat final karena kehilangan pegangan. Mental yang sempat turun tak membuat konsentrasi atlet kelahiran 1985 itu buyar. Ia tetap fokus dan berhasil menembus babak final. “Yang penting itu konsentrasi,” ujarnya.
Fitriyani dan Abduzar akhirnya mampu mencapai target mereka dengan mempersembahkan emas. Keduanya mengakui pertandingan nomor speed track berlangsung ketat. Tetapi, mereka bisa menunjukkan yang terbaik dan keluar menjadi pemenang.
Seusai pertandingan, doa bersama dilakukan para atlet dan ofisial. Sesudahnya, teriakan itu kembali terdengar. “Otak,otot, dan nasib. Tapi, pantang menyerah pada nasib,” kata mereka.
Redaktur: Didi Purwadi
Reporter: Irfan Fitrat