Sunday, December 16, 2007

Sekilas Panjat Dinding di Indonesia

JAKARTA – Kemunculan olahraga panjat dinding tak bisa dilepaskan dari perkembangan panjat tebing di alam terbuka. Kegiatan ini merupakan salah satu cabang mendaki gunung. Di Indonesia, perkembangan panjat tebing mulai disebarluaskan dari Gladian Pecinta Alam pada 1975 di Gunung Citatah, Padalarang, Jawa Barat. Pada salah satu mata acara pertemuan, para pecinta alam ini mengajarkan teknik panjat dan turun tebing.
Tahun 1976, Harry Suliztiarto mahasiswa Seni Rupa ITB, tak sanggup lagi menahan obsesinya. Dengan tali nilon dia mulai latihan panjat-memanjat di Citatah, dan di-belay oleh pembantu rumahnya. Tahun berikutnya, bersama Agus Resmonohadi, Heri Hermanu dan Deddy Hikmat, rekan-rekan mahasiswa ITB, Harry mendirikan Skygers Amateur Rock Climbing Group di Bandung
Pada dekade 80-an, Skygers membuka kursus panjat tebing (yang dijuluki padepokan), yang menyedot banyak murid berasal dari berbagai provinsi dan berhasil menyebarluaskan olahraga panjat tebing di Indonesia.
Dunia petualangan Indonesia makin marak ketika empat atlet panjat tebing papan atas dari Prancis datang ke Jakarta. Atas undangan Kantor Menpora dan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, mereka menularkan ilmu pemanjatan pada dinding buatan kepada para pemanjat lokal pada 1988. Di waktu yang sama, lahir Federasi Panjat Gunung dan Tebing Indonesia. Ketuanya, Harry Suliztiarto – pemanjat legendaris yang sempat merayapi atap Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Sejak persentuhan itu panjat dinding terus berkembang. Tiap tahun popularitasnya menunjukkan grafik yang menaik. Dari Pulau Jawa, kegiatan ini menyebar ke luar. Pada 1991, digelar kejuaraan nasional panjat dinding yang pertama di Padang, Sumatera Barat. Sebelumnya ada kejuaraan dan diikuti pemanjat se-Indonesia, namun julukannya belum lagi kejuaraan nasional, dan diselenggarakan di Jawa dan Bali saja.
Dibanding panjat tebing alam, memanjati dinding buatan menawarkan beberapa kemudahan. Satu contoh dari segi pencapaian lokasi, dinding panjat buatan jauh lebih gampang. Dinding panjat dibangun pada wilayah keramaian, seperti kampus, mal atau pusat olahraga.
Kondisi ini sangat berbeda dengan pemanjatan di tebing alam. Seorang pemanjat harus berlelah-lelah mencapai kaki tebing sebelum melakukan pemanjatan. Tak jarang, kemah induk pemanjatan harus dicapai setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari.
Ini sebabnya dinding panjat buatan sekarang tumbuh subur di berbagai kampus dan sekolah menengah di kota-kota besar. Seakan suatu fasilitas pendidikan tidak lengkap jika tanpa dinding panjat. Di Jakarta hampir semua kampus besar seperti Universitas Borobudur, Universitas Tarumanegara, Universitas Mercu Buana, dan sebagainya memiliki dinding panjat. Sekolah menengah pun demikian.
Walau lebih mudah dicapai, bukan berarti panjat dinding tak butuh kesiapan mental dan fisik si pelakunya. Tanpa mental yang baik, seseorang takkan sanggup menikmati tarian ketinggian yang antigravitasi ini. Jangan harap bisa berlenggang-lenggok di papan panjat.
Fisik yang amburadul sudah pasti akan menghambat proses pemanjatan. Itu sebabnya, disarankan untuk tetap giat berlatih agar stamina bisa tetap terjaga. Persiapan fisik yang terbaik adalah melakukan angkat badan. Namun sebelum ini, jika mengikuti petunjuk kesehatan olahraga, tentunya harus ada persiapan fisik seperti lari ringan dan senam untuk memperkuat jantung dan paru. Melatih otot jari dan lengan berarti sebelumnya mengembangkan otot pundak dan pangkal lengan. Kunci kesuksesan pemanjat dalam menyelesaikan jalur tanpa jatuh adalah kekuatan jari mencengkeram pegangan.
Dalam kegiatan panjat tebing hobi yang utama adalah berhasil mencapai puncak jalur tanpa terjatuh. Tali pengaman memang mengamankan tubuh agar tidak terempas kalau pegangan terlepas. Namun ’’seni” panjat tebing adalah menyelesaikan masalah di mana kita menempatkan tubuh dan mencengkeram pegangan serta memijakkan kaki agar tidak terjatuh. Jika aliran gerak tubuh ini meliuk lancar maka mereka yang di bawah akan melihatnya sebagai suatu tarian vertikal yang seakan menentang gaya tarik bumi.
Kalau mau mencoba panjat dinding, ada beberapa alat wajib yang harus dipakai, yaitu figure of 8 (descender), harness, Gri-gri, carabiner screw gate, carabiner gate, carabiner bent gate, runner (dua carabiner gate dan bent gate yang disatukan dengan memakai quickdraw sling), sepatu panjat, helm, chalk bag dan magnesium karbonat – berfungsi untuk menjaga tangan terhindar dari serangan keringat. Semua ini, bahkan sepatu panjat pun disediakan di arena dinding panjat PI Mall.
Bila melakukan pemanjatan di Pondok Indah Mall, semua alat itu sudah tersedia. Cukup bayar sewa sebesar Rp 30.000, kita bisa langsung mencoba jalur pemanjatan. Pada hari biasa, harga itu untuk dua jam, sedang weekend menjadi satu jam saja.
(SH/bayu dwi mardana)
Sumber : www.sinarharapan.co.id

Visit Yogyakarta / Jogja